Minggu, 30 Januari 2011

Ancaman Bahasa Alay Terhadap Bahasa Indonesia

Menurut Wikipedia, bahasa ibu (bahasa asli, bahasa pertama; secara harafiahmother tongue dalam bahasa Inggris) adalah bahasa pertama yang dipelajari oleh seseorang. Dan orangnya disebut penutur asli dari bahasa tersebut. Biasanya seorang anak belajar dasar-dasar bahasa pertama mereka dari keluarga mereka.

Kepandaian dalam bahasa asli sangat penting untuk proses belajar berikutnya, karena bahasa ibu dianggap sebagai dasar cara berpikir. Kepandaian yang kurang dari bahasa pertama seringkali membuat proses belajar bahasa lain menjadi sulit. Oleh karena itu, bahasa ibu memiliki peran pusat dalam pendidikan.

Disinilah sebuah tulisan mengambil peran dalam menjaga eksistensi bahasa ibu. Jika setiap hari masyarakat digempur dengan berbagai tulisan dengan bahasa plesetan, saya khawatir ke depannya langkah mereka akan terpeleset juga. Ini hanya sebuah ibarat.

Tanpa bermaksud mendiskreditkan person yang memiliki image ratu bahasa gaul, kehadiran bahasa gaul dalam penulisan memberikan andil bagi punahnya bahasa utama. Masyarakat lebih semakin sering membaca tulisan “gue banget” daripada “ciri khas”.

Bahkan anak kecil telah terbiasa mengirim SMS dengan singkatan-singkatan yang sulit dipahami orang-orang tua. Dan efeknya seringkali menimbulkan miskomunikasi antara orangtua dan anak. Maksud baik bisa jadi tak tersampaikan dengan benar gara-gara pemakaian bahasa yang menimbulkan kekaburan makna.

Inilah kemajuan jaman. Kita tidak bisa mencegah arus globalisasi yang kian deras mendera berbagai segi kehidupan. Termasuk dunia penulisan yang telah berkembang sedemikian rupa melalui berbagai wujudnya. Blog pribadi salah satunya.

Update artikel telah menjadi ajang unjuk kemampuan diri menyusun bahasa asing yang sulit dipahami orang awam. Sebagian blogger malah merasa bangga bila berhasil membuat bingung pembacanya. Kalau sudah terjadi demikian maka apalah manfaat yang bisa dipetik dari sebuah posting artikel.

Apa yang bisa kita lakukan? Terlalu naif kalau saya menjawab pertanyaan ini dengan kalimat akademis yang berbusa-busa di mulut. Langkah paling mudah adalah memulainya dari diri sendiri. Mari kita biasakan menulis artikel blog dengan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Kalau belum bisa seluruhnya ditulis dalam bahasa baku, delapan puluh persen saja sudah cukup.

Bagaimana dengan penggunaan bahasa asing? Apakah sebaiknya dihindari? Untuk beberapa istilah asing memang belum ada padanan kata dalam bahasa Indonesia. Dan saya pribadi tidak mempermasalahkan hal ini bila pemakaiannya justru memperjelas kalimat.

Dalam jangka panjang, tulisan artikel dan komentar yang ditinggalkan seorang blogger yang terbiasa memakai bahasa baku dan bahasa gaul akan memilikipersonal branding yang berbeda. Anda tentu sudah familiar dengan blogger yang gemar berseloroh kasar dalam membalas sebuah thread comment. Dan saya pastikan Anda memiliki penilaiaan yang berbeda terhadap blogger yang terbiasa mengontrol kalimat secara disiplin.

Siapa lagi yang akan menyelamatkan bahasa Indoensia dari kepunahan kalau bukan kita. Tentu Anda tidak berharap bahasa Indoensia akan direbut negeri tetangga juga.

Inilah sedikit pemikiran yang dapat saya tulis di kontes menulis ini. Semoga diterima pembaca blog ini. Jika Anda punya pemikiran lain, silakan dibagi disini.

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails